Sabtu, 22 November 2014

Tulisan 1: Sebuah Cerita Tentang Ayah

                Raut bahagia terlihat di wajah seorang ayah atas kelahiran dua putri kembarnya 17 tahun yang lalu. Tangisan kedua bayi itu membuatnya semakin bersyukur kepada Allah SWT. Ia tidak pernah berkata bahwa ia sayang kepada kedua putrinya karena ia menunjukan rasa cinta dan kasih sayangnya melalui tindakannya dalam menjaga kedua harta berharganya itu. Di sebuah tumpukan album foto yang sudah usang tergambar perjalanan hidup kedua putri kembar itu bersama ayah dan ibunya. Di satu foto terlihat sang ayah dan ibu sedang menuntun masing-masing anak kembarnya yang mulai bisa berjalan di sebuah kebun binatang, di satu foto lainnya terlihat sang ayah yang mengenakan seragam dinas polisi lengkap sedang menggendong kedua putrinya dengan senyum yang begitu tulus. Dan di foto-foto lainnya tersimpan semua kenangan manis masa kecil putri kembar itu bersama ayah dan ibunya.
            Bertahun-tahun sudah mereka lewati, kedua putri kembar itu sudah beranjak remaja. Mereka tumbuh menjadi anak yang baik, penurut, namun manja. Mereka selalu diantar dan dijemput kemanapun mereka pergi oleh ayahnya, karena ayahnya ingin memastikan kedua putrinya baik-baik saja. Jika kedua putri kembar itu berbuat salah, ayahnya tidak pernah memarahinya namun menasihatinya dengan tegas karena ayahnya tidak ingin menyakiti hati kedua putri kembarnya. Apapun yang diinginkan putrinya, sang ayah selalu mengabulkannya selama ia masih mampu dan baik untuk mereka.
            Saat kedua putri kembarnya menginjak bangku SMA, sang ayah berfikir bahwa inilah saatnya ia melepas kedua mutiaranya itu ke lingkungan yang lebih bebas agar kelak mereka pandai bersosialisasi dan tidak menjadi anak yang manja. Walaupun begitu, bukan berarti sang ayah melepas tanggung jawabnya untuk selalu menjaga kedua putrinya itu. Ia selalu menelfon putrinya ketika belum pulang dan menunggunya di ruang tamu sampai mereka pulang meskipun sudah larut malam, dan baru tidur ketika selesai mengintrogasi putrinya dengan tegas dan mata yang sedikit melotot. Terkadang sang ayah melontarkan candaan ketika putrinya sedang ngambek. Walaupun candaannya jayus, tetapi berhasil membuat sesimpul senyuman di bibir putrinya.
            Tahun ini, dimana kedua mutiaranya itu menginjak usia legal, sang ayah jatuh sakit. Kedua putri kembar itu tidak menyangka bahwa penyakit yang diderita ayahnya parah karena sang ayah selalu menganggap penyakit itu tidak parah di depan kedua putrinya. Namun kenyataannya, kini sang ayah terbaring koma di ruang ICU selama 3 hari. Saat sadar, kedua putri kembar dan ibunya itu sangat bersyukur dan yakin bahwa ayahnya akan sembuh karena sang ayah juga mempunyai keinginan dan usaha yang besar untuk sembuh. Selama kurang lebih satu bulan sang ayah sakit, ia selalu membuat candaan-candaan dan berhasil membuat seluruh keluarga yang datang menjenguk tertawa. Tetapi ternyata itu adalah sebuah firasat, sang ayah ingin membahagiakan semua orang termasuk kedua mutiaranya itu sebelum ia pergi. Dan satu pesan dari sang ayah yang akan selalu diingat dan dilakukan oleh kedua putri itu, yaitu sang ayah ingin mereka menjaga diri baik-baik karena sang ayah tau bahwa ia tidak bisa menjaga mereka selamanya. Ayah pergi dengan wajah bahagia. Kedua putrinya tersadar bahwa hanya 1001 ayah di dunia ini yang memiliki sifat dan kasih sayang seperti ayahnya.

Dibuat Oleh: Agustini Nurhandayani (30414519 / 1ID10)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar